Sore ini cuaca tak terlalu panas. Walau Indramayu sedang mengalami
musim kemarau, tapi sinar matahari tampak redup di bayangi oleh mendung yang
menghalangi sinar matahari apa mungkin nanti malam hujan akan turun.Tapi Apakah
mungkin di bulan juli ini hujan akan benar – benar turun, rasanya tidak
mungkin. Apalagi tahun 2003 ini kemarau diramalkan akan panjang dan hujan
diprediksi akan turun pada bulan November nanti.
Sudah satu jam yang lalu Nursiah menunggu
di depan gerbang SMKN 1 Indramayu.Dengan perlengkapan gunung yang lengkap dan
semuanya dimasukan kedalam ransel atau cariel besar ukuran 19 Liter sehingga
ukuran ranselnya itu lebih besar dari pada ukuran tubuhnya. Setelah lama menunggu
akhirnya satu per satu teman – temanya pun datang dengan membawa perlengkapan
yang sama. Mereka pun berkumpul dan segera melaju ke terminal Indramayu untuk
naik elf menuju ke Stasiun Cirebon. Rencananya sekelompok pelajar SMKN 1
Indramayu yang terdiri Nursiah, Sutiyani, Nina, Karyo, Agus, erin, Udin, dan
dedi akan melakukan pendakian ke gunung merapi yang berada di perbatasan jawa
tengah dan Jogjakarta untuk melaksanakan salah satu syarat untuk menjadi
anggota Pecinta Alam Petala Semak Bumi, yaitu harus melaksanakan pengembaraan
ke salah satu puncak gunung.
Pukul 15. Lebih 20 menit rombongan pun
Tiba di stasiun besar Cirebon, Rasa penat dan pusing pun dirasakan oleh Nursiah
karena kelamaan naik mobil elf. Nursiah
pun hanya duduk lemas di kursi stasiun sambil menunggu karcis kereta Matraman
senja yang di beli oleh temanya.
“
Dah dapat neh karcisnya, sebentar lagi keratanya akan datang” Cetus Erin yang
tentu saja mengagetkan semua yang sedang duduk santai.
“ Asik kita jadi ke gunung Merapi” Nursiah
menyambutnya. Setelah 10 Menit menunggu akhirnya kereta yang ditunggu pun
datang, Tanpa piker panjang mereka pun segera naik ke dalam kereta untuk menuju
Jogjakarta yang diperkirakan selama 12 Jam perjalanan.
Hari masih pagi saat kereta api berhenti
di stasian lempuyangan Jogjakarta. Dengan menembawa Ranselnya masing – masing
Nursiah dan kawan – kawan bergegas turun dari kereta api tersebut. “
Alhamdulilah kita tlah nyampe Jogja. Heum Baru kali ini saya menginjakan kaki
di Jogja ” cetus karyo sambil menenteng Tas ranselnya.
“
Iya neh sama aku juga” sambung Sutiyani
“
enaknya makan dulu neh, uh laper perutnya kan semaleman kita tidak makan di
kereta “ keluh Nursiah
“
Yaaaahhhh kamu makan aja nung yang dipikirkan ” dedi menyambut keluhan Nursiah.
Tapi merekapun akhirnya mencari pedagang nasi untuk mengisi perut mereka yang
sedang keroncongan.
Setelah mereka selesai makan, kemudian
perjalanan dilanjutkan menuju ke daerah selo yaitu pos pendakian gunung merapi
dengan menggunakan mobil angkutan umum. Hamper mendekati waktu sholat ashar
Nursiah dan rombongan sampai di daerah Selo.
“
Cape juga ya kang, dari Jogjakarta kita muter ke magelang naik mobil. Sampe
sampe kepalaku kaya batu berat banget ” keluh nursiah.
“
Makanya jangan pake kepala merk yang murahan nung ” celoteh karyo.
“
Emang kepala bisa diganti gitu. Kaya helm aja. Mang akang merk apa kepalanya
hayo ” Nursiah membalasnya. “ karyo mah kepalanya merk Honda tuh…hahahahaha ”
sambung Nina.
“
Owh pentes, dia makanya irit hehehehehehehehehe ” cletuk Nursiah menanggapi
sambil tertawa terkekeh – kekeh.
Hari pun menjelang sore, udara khas
gunung merapi mulai menyapu tubuh Nursiah hingga masuk ke sumsum tulangnya.
Setelah mereka selesai mengurus administrasi dari mulai karcis pendakian,
pembayaran serta melakukan sholat Magrib berjamaah. Rombonganpun beristirahat
dirumah penduduk untuk menunggu waktu pendakian yaitu sekitar jam 03.00 pagi.
Udara dingin membungkus tubuh hingga
membuat badan ini ingin selalu menggigil karena menanhan dingin. “ hey, hey
bangun sudah pukul jam 03 lebih neh.. Ayo siap – siap kita melakukan perjalanan
menuju puncak Garuda ” suara Kang Agus mengagetkan Nursiah dan kawan – kawan. “
Huaaaaaah dingin bangeet kang. Aku mah gak ikut naik ahhhhhhh cape ” balas
Nursiah dengan perasaan malas.
“
Kok gitu Nung, kita kesini kan Tujuannya tuk naik ke puncak Gunung Merapi.
Ayolah Nung ikut, kita kesinikan dah menghabiskan banyak uang “ Rayu, Nina dan
sutiyani.
“
Iya, Nung bener tuh…kok kamu jadi lemah sih. Hanya karena dingin saja “ sambung
Udin.
“
Ya, udah lo Nung gak mau naik berarti ditinggal di sini aja ” erin berusaha
menengahi .
“
Entar Nung, Ma ciapa Kang ” Nursiah menyabut gembira perkataan Erin
“
Ya ..sendirian lah. Kan yang lain pada ikut naik ” cetuk Agus
“
Yaahhh takuuuut…..oke lah saya ikut “ dengan nada ragu Nursiah membalas
“
Oke semua sudah siap dengan perlengkapanya kan. Awas jangan ada yang
ketinggalan serta lampu senter harus dikeluarkan ” Erin Memberi komando pada
rombongan.
Menjelang pagi rombongan pun mulai
menapaki jalan setapak menembus belantara hutan gunung Merapi. Desahan nafas pun seraya mengeluarkan asap
mungkin karena dingginya udara di Merapi. Rombongan Berjalan merayap Erin
Sebagai Guide didepan disusul oleh Karyo, Nursiah, Agus, Sutiyani, Dedi, Nina
dan Udin.
Setelah hampir dua jam perjalanan
rombongan pun mulai beristirahat, satu persatu
bekal dikeluarkan dari dalam ransel masing – masing dengan tanpa ragu
mereka menyantap roti tawar yang di olesi dengan selai rasa strowberi.
“
Kang Pengen baso neh ” cetus nursiah memecah kesunyian Gunung merapi yang hanya
berupa hamparan batu – batu bekas letusan dulu. Hutan belantara yang pada awal
perjalanan menghiasi kaki gunung kini telah tiada terkikis habis oleh awan
panas yang ada hanya kayu – kayu yang sudah hitam mungkin sudah menjadi arang.
“
Yahhh mana ada baso nung disini mah. Lo Ada Suti beli dengan gerobagnya juga
deh ” potong suti dengan nada yang serak menahan napas. “ Ada kok, nanti kalo
dah nyampe di puncak gunung. Disitu banyak yang jualan ada Baso, Mie ayam, es
pokoknya banyak ” Agus ikut menyambung pembicaraan.
“
asiiiiik…nanti bisa makan baso. Pokoknya Semuanya Nung yang bayari deh” teriak
nursiah girang.
“
Mang ada kang ????????? ” karo balik nanya dengan perasaan bingung.
“
Terminal bis juga ada kok….” Erin pun tak ketinggalan ikut menyambung.
“
Wah, wah wah lo semua ada kenapa kita harus susah – susah jalan kaki kang.
Knapa naik mobil bis aja sih ” Cetus Nursiah bingung . Namun kebingungan
Nursiah itu membikin seluruh rombongan tertawa terbahak – bahak sehingga
membuat Nursiah semakin bingung, tapi dalam hati nung terbesit semangat untuk
mencapai puncak karena dia penasaran apakah ada pedagang baso di puncak Gunung
Merapi.
Setelah waktu istirahat selesai akhirnya
rombongan pun melanjutkan perjalananya menuju puncak Gunung Merapi dengan
sesekali istirahat sebentar untuk sekedar minum. Bebatuan terjal, jalan berliku
dan selallu naik menjadi cirri khas perjalanan di gunung Merapi. Tapi
perjalanan kian tambah semangat ketika mata kami melihat matahari muncul dari
ufuk timur. Rombongan pun berhenti untuk menikmati pemandangan alam yang indah
tanpa ketinggalan juga dengan jepretan kamera untuk mengabadikan moment yang
indah tersebut. Setelah kurang lebih 8 jam perjalanan. Akhirnya Rombongan
sampai juga pada titik tertinggi Gunung Merapi. Seluas mata memandang yang ada
hanya Bebatuan dan juga jurang – jurang membentuk seperti lobang kawah yang
sudah kering. Namun ada juga bebatuan yang masih mengeluarkan asap dan berwarna
kekuning – kuningan dengan bau belerang yang sangat menyengat yaitu kawah –
kawah yang masih aktif. Tampak didepan mata batu Besar Yang berdiri kokoh di
samping kawah dan bentuknya menyerupai gambar burung garuda yang sering kali
kita lihat pada tembok tembok didepan kelas. Dengan dua sayap yang serasa siap
terbang meninggalkan puncak gunung Merapi dan itulah Puncak Garuda yang
ditandai dengan batu yang bentuknya mirip dengan lambing Negara kita. Batu itu
berdiri kokoh tepat di samping tumpukan batu yang menjulang keatas dan
mengepulkan asap yang besar.
Nursiah pun masih berdiri tegak menatap
Indahnya alam Ciptaan Allah, decak kagum, bercampur dengan cape, letih, kesal
semua bercampur aduk. Sayup sayup terdengar suara adzan yang dikumandangkan
oleh lima orang yaitu Agus, Erin, Udin, Dedi, Karyo yang menggema menembus
setiap pelosok puncak merapi membuat semua rombongan meneteskan Air mata tanda
Sujud Syukur dan rasa senang sudah sampai di tempat yang dituju. Nursiahpun
meyeka air mata yang tanpa terasa menetes dalam pipi halusnya sehingga aliran
air mata itu memberikan bekas dipipinya karena membelah debu yang menempel pada
pipi akibat perjalanan yang bertarung dengan debu – debu gunung Merapi.
Kamera pun dikeluarkan dan tanpa pikir
panjang langsung membidik pemandangan yang indah. “ Allahu akbar betapa Maha
Besarnya Allah yang telah menciptakan alam berserta isinya. Yang sangat Indah
ini ya kang ” karyo tak henti – hentiya berdecak kagum.
“ Iya betul, Nung aja kagum baru pertama dalam
hidup Nung berada dalam puncak gunung ” Sambung Nursiah.
“
Nung. Jadi gak beli basonya ” Ledek Dedi
“
Mana – mana orang Jualanya. Ah kang Agus
bohong aja ” jawab Nursiah dengan nada kecewa.
“
Ntar. Lo saya jadi Presiden Nung…pasti ada yang jualan baso disini hahaha ” sambung karyo sambil tertawa.
“
Karyo jadi presiden….kiamat nantinya. ”
Nursiah tambah kesal. Gelak tawa pun pecah oleh jawaban Nursiah.
“
Ma, Bapa Nung dah nyampe di puncak Garuda ” dengan suara keras nursiah
berteriak memecahkan suasana.
Satu jam sudah rombongan berada di puncak
Merapi setelah selasai istirahat ditambah dengan makan – makan akhirnya dengan
perasaan bangga Nursiah dan teman – temanya mulai meninggalkan Puncak gunung
Merapi. Hari mulai sore ketika rombongan tiba di rumah penduduk yaitu di desa
selo kabupaten malang. Merekapun beristirahat sejenak untuk selanjutnya
melanjutkan perjalanan lagi menuju ke puncak Gunung Merbabu. TAMAT
By. atokarnoto5@gmail.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar